Best Night Ever

1,2k words berisi keuwuan hihi. Happy reading!!

Malem ini, moment yang udah gue tunggu tunggu. Night drive, bersama cewe yang udah hampir 3 bulan ini menjadi alasan kenapa gue sering senyum senyum sendiri.

Gue jemput Kenda dirumahnya setelah jam makan malam. Sengaja, biar ngga ganggu makan malam keluarga dia. Mungkin Kenda udah pernah mention ini, kalo mamah dia super duper baik ke gue. Tiap gue dateng kerumahnya pasti selalu disambut seramah mungkin, dan ngga lupa juga, selalu ditawarin makanan masakan mamahnya. Itu yang bikin gue nyaman tiap dateng kerumahnya.

Sekarang gue sama Kenda udah jalan. Berdua di mobil. Jujur gue sendiri juga gatau mau kemana. Ya namanya aja “Night Drive”. Jadi, yaudah muterin kota aja.

Gue mulai memutar playlist yang waktu itu Kenda buat di akun spotify gue. It's Not Living (If It's Not With You) punya The 1975 jadi lagu pertama yang gue pilih untuk diputar. Lagu ini udah kaya lagu kebangsaan buat gue sama Kenda. Tiap sposes gapernah absen kita dengerin.

“Kak Juan, udah makan?”

“Udah tadi di kos sama Eric sama Kevin juga.”

“Harusnya tadi sekalian aja makan malem dirumah gue, Kak. Waktu gue bilang mau pergi sama lo, Mamah langsung nanyain lo tuh.”

“Hahaha ngga ah. Ngerepotin, ngga enak gue.”

Diem. Gue gatau kenapa malah jadi awkward gini. Gue sama Kenda sama sama diem menikmati musik yang daritadi terputar di head unit mobil.

Lagu demi lagu silih berganti. Gue memilih lagu Give Me Your Forever milik Zack Tabudlo untuk lagu selanjutnya.

Sebenernya gue tambahin lagu ini ke playlist baru kemarin waktu gue di Bandung. Jadi gue rasa, Kenda belum sempet buka playlistnya dan belum sadar ada lagu baru di playlist kita.

Oh maaf, belum jadi kita. Kalo Kenda tau pasti bakal protes. Tapi malem ini bakal jadi kok. Liat aja.

Gue sengaja mengeraskan volume. Membiarkan Kenda mendengarkan liriknya dengan jelas. Dari ujung netra gue, gue bisa liat dia kebingungan kenapa gue tiba-tiba kerasin volumenya.

Gue masih diem. Gue diem mikirin apa yang harus gue lakukan setelah lagu ini selesai. To be honest, gue udah menyiapkan berbagai skenario tadi dan tentunya ada campur tangan Eric dan Kevin didalamnya.

Badan gue mulai berkeringat dingin. Sumpah gue nervous banget. Rasanya hampir sama kaya waktu mau maju pidato di acara yudisium SMA dulu.

Lagunya berhenti.

LAGUNYA BERHENTI.

GUE HARUS GIMANA?? Oke tenang, gue harus melancarkan aksi gue malem ini.

“Dengerin lagu barusan, kan?” Tanya gue.

Dia mengernyitkan dahi, dan jawab, “Hah? Ya... iya, Kak? Kan lo tadi juga kerasin volumenya.”

“Denger jelas liriknya, kan? This lyrics is the same as my feelings to you.” Kenda diem, masih mencerna apa yang gue bilang barusan.

“Kenda,” panggil gue.

“Iya, Kak Juan?” Jawab dia lembut, pengin gue pacarin saat ini juga.

“Oke, sebelumnya... Lo ngga keberatan, kan?” Tanya gue dengan ragu-ragu.

“Keberatan? Keberatan apa, Kak?” Dia bingung.

If i use english? Because if i said it in bahasa it will sounds so cringy.

Gue diem. Sumpah bego banget Juand Athala.

KENDA MALAH KETAWA.

YAIYALAH.

“Kenda.” Ucap gue tanpa sadar merengek. Protes karena barusan dia ketawain gue.

“Oke, maaf. Lanjut aja, Kak.” Jawab dia masih nahan ketawa.

“Oke. Bentar, gue bingung mulai darimana. I think... i'm falling in love with you.” Ujar gue dengan satu tarikan nafas.

Belum selesai. Gue melanjutkan kalimat gue yang sempat terpotong, “I feel i'm falling in love with all my heart. You make me like opening up and that’s pretty hard for me to do. You really filled my head every single day and i can't hold it anymore. So i decided to be brave and says i like you. And i hope you feel the same way as i do.”

Gue sama Kenda sama sama terdiam cukup lama. Sampai akhirnya dia jawab...

“Kak Juan, we have the same feelings.

DAMN. Entah ada berapa kupu-kupu yang berterbangan di perut gue setelah dia bilang gitu. Gue masih diem, gatau mau bereaksi kaya gimana.

So?” Tanya dia seakan meminta kepastian.

“Mending pacaran aja ngga, sih?” Saut gue asal.

“Benefitnya pacaran sama lo apa?” Tanya dia lagi seolah menguji gue.

“Nah! Tenang, itu gue udah siapin jawabannya. Benefitnya pacaran sama gue, pertama, gue bisa bantuin lo war tiket konser, gue bisa temenin lo penuhin semua wishlist konser lo yang belum ke-ceklist, gue bisa nemenin lo sposes tiap malem, gue bisa jadi pendengar sekaligus penasehat yang baik buat lo. Sebagai anak arsi, mungkin hari hari gue emang dipenuhi dengan tugas, tapi gue bisa selalu ada buat lo. Kita ga perlu split bill, gue bisa jajanin lo sepuasnya apapun yang lo mau. Gue bisa—” Jelas gue panjang lebar.

Penjelasan gue dipotong sama Kenda. Lagi lagi, dia ngomong sambil nahan ketawa, “Kak Juan, gue bercanda. Pacaran sama lo aja udah benefit.”

“Gue serius, Nda. Oh satu lagi, i can make you smile all the time and i'll treat you like a queen.” Ucap gue sambil sesekali liat dia.

“Oke.” Jawab dia singkat.

“Oke?” Tanya gue memastikan jawaban dia. Kenda cuma mengangguk.

“OKE??” Tanya gue sekali lagi karena GUE MASIH NGGA PERCAYA.

“IYA, KAK JUAN!” Jawab dia sambil teriak, kemudian diikuti suara tawa kita berdua.

Gue langsung membawa mobil gue ke tepi jalan. Kenda pun bingung, apa lagi yang mau gue lakukan. Setelah memastikan mobil gue benar-benar berada di pinggir jalan dan ngga mengganggu lalu lintas kendaraan yang lain, gue langsung meluk dia. Tanpa menunggu aba-aba, dia pun langsung membalas pelukan gue ngga kalah kencengnya.

Cukup lama kita berpelukan, gue memutuskan untuk melepaskan pelukannya. Takut dia malah sesek. Gue genggam kedua tangannya sambil natap matanya, “Kamu nungguin ngga? Aku kelamaan gantungin kamu ya?”

“Gimana ya, Kak. Dibilang nungguin, ya... iya sih. Tapi lebih ke nungguin kepastian aja gitu. Maksud ngga? Bukan yang ngebet mau pacaran. Tapi disisi lain, aku juga masih ragu sama diri aku sendiri. Aku takut kalau ternyata aku belum damai sama masa lalu aku. Terus nanti ujung-ujungnya malah nyakitin kamu.” Jelas dia dengan tatapan sendunya.

“Sekarang masih ngga?” Tanya gue dengan polosnya.

“Aku terima kamu, aku pilih kamu, harusnya kamu udah tau jawabannya, Kak. Aku udah selesaiin semuanya waktu ketemu sama dia kemarin.”

Gue masih betah natap dia, sambil senyum senyum KARENA GUE SENENG BANGET, dan akhirnya keluarlah dari mulut gue, “Love you.”

“Dih?”

“Lah gaboleh?”

“Iya boleh, sayang. Love you too.” Balas Kenda sambil cubit hidung gue. Setelah apa yang dia lakukan ke gue, dia langsung mengalihkan pandangannya, melepas genggaman tangannya, dan memilih liatin kendaraan yang berlalu lalang lewat jendela yang ada di samping dia.

INI DIA SALTING KAH?? TAPI GUE LEBIH SALTING ANJIR.

Aduh. Ini kayanya emang Kenda tipe-tipe cewe agresif, suka ngeledek, bikin gue yang tadinya mau mancing dia malah jadi salting sendiri.

Gue kembali menyalakan mesin mobil dan melanjutkan perjalanan. “Berarti ini udah jadi kita, kan?”

“Udah dong!” Jawab dia dengan semangat seakan lupa sama kejadian tadi.

“Bagus deh, jadi kalau ngetik atau ngomong gausah kepanjangan pake gue sama lo.”

Sebenernya yang gue lakukan tadi diluar skenario yang udah gue buat dengan dibantu Eric sama Kevin. Gue improvisasi aja apa yang keluar dari mulut gue. Sia sia dong ya, gue udah bikin susunan kalimat yang isinya ada kalimat sumbangan dari Eric, ada yang dari Kevin, eh ujung ujungnya juga keluar dari hati gue sendiri.

Tanpa aba-aba, gue memberanikan diri kembali menggenggam tangan Kenda.

“Kak, driving with one hand is dangerous.”

Don't worry, i'm the best driver.

Kenda hanya senyum dan balas genggamannya. Sayang, gue terpaksa harus memilih untuk fokus ke jalan di depan gue daripada fokus ke senyum dia, atau gue bisa nabrak mobil depan yang jaraknya ngga terlalu jauh dari mobil gue. No, but seriously. This is the best night i've ever had. I got you, Kenda Alula.

©starsjuy